BMA Terima Mahasiswa USK Kuliah Umum Menajemen ZISWAF

  • Share this:
post-title

Banda Aceh - Baitul Mal Aceh (BMA) menerima 28 mahasiswa Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Syiah Kuala (USK), Rabu (1/2/2023). Kehadiran mareka untuk mengikuti kuliah umum Manajemen Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (Ziswaf) di BMA yang turut didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut, Dr Ridwan Nurdin, SE, MSi.

Rombongan mahasiswa tersebut disambut oleh anggota Badan BMA Dr  Abdul Rani Usman, MSi, Kasubbag Potensi dan Pengembangan Zakat Sekretariat BMA Drs  Permata, staf Bidang Pengumpulan Muzzammil dan Harmizal.

Ridwan mengatakan, telah mengampu mata kuliah Manajemen Ziswaf di Prodi Ekonomi Islam FEB USK sejak 2018. “Mata kuliah tersebut pada dasarnya pilihan, namun diwajibkan bagi mahasiswa yang mengambil konsentrasi keuangan publik Islam,” katanya. 

Ridwan menambahkan, kuliah umum ini merupakan kunjungan setiap tahun ke BMA, supaya  mahasiswa melihat dari dekat pengelolaan dan pengembangan zakat, infak, dan harta agama lainnya oleh BMA. Biasanya, tambah Ridwan, setelah mengikuti kuliah umum ini persepsi mahasiswa menjadi lebih positif terhadap BMA, sebab mendengar dan melihat langsung kinerja dan transparansi BMA. 

Sementara itu, Abdul Rani, dalam paparannya menjelaskan, BMA merupakan lembaga keistimewaan dan kekhususan Aceh, yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen menjaga, memelihara, mengelola, mengembangkan zakat, infak, wakaf, harta keagamaan lainnya, serta melakukan pengawasan perwalian anak yatim.  

“Sepanjang tahun 2022 lalu, BMA menyalurkan zakat Rp71 miliar dan infak Rp 65 miliar. Zakat dan infak yang dikelola oleh BMA tersebut disalurkan dan didayagunakan kepada delapan senif, kecuali riqab, di antaranya untuk program fakir uzur, zakat family development, gampong zakat produktif, beasiswa anak muallaf, serta pemberdayaan ekonomi,” urainya.  

Abdul Rani memprediksi, apabila  zakat sebagai pengurang pajak penghasilan dapat dilaksanakan di Aceh, maka pendapatan zakat akan mencapai Rp4 triliun, sedangkan saat ini baru terealisasi sekitar Rp300 miliar. Untuk ini, diperlukan kolaborasi semua pemangku kepentingan untuk mengadvokasi zakat sebagai pengurang pajak, sehingga dapat dilaksanakan di Aceh. 

“Kami juga berharap mahasiswa menjadi duta zakat dan wakaf, serta membantu memperkenalkan Baitul Mal kepada masyarakat luas, sehingga akan lebih banyak lagi donatur yang menunaikan zakat dan infak melalui BMA dan Baitul Mal Kabupaten dan Kota di seluruh Aceh. Dengan begitu, akan banyak pula mustahik yang bisa kita bebaskan dari kemiskinan dan pengangguran,” pungkas Abdul Rani. 

Repoter: Muzzammil.
Fotografer: Khairunnisa Putri.
Editor: Sayed M. Husen.