Usaha Budidaya Penggemukan Kepiting Bakau Binaan Baitul Mal Aceh Mulai Panen

  • Share this:
post-title

Sinabang - Usaha budidaya penggemukan kepiting bakau di Desa Layabaung, Simeulue Barat, Kabupaten Simeulue binaan Baitul Mal Aceh (BMA) sudah mulai panen sejak Juni 2021. Usaha tersebut merupakan program Gampong Zakat Produktif tahun 2020 dengan total bantuan dari BMA sebesar Rp90 juta yang disalurkan melalui Baitul Mal Gampong (BMG) Layabaung.

Kepala Sekretariat BMA, Rahmad Raden bersama para amil melakukan monitoring dan evaluasi (monev) BMG Layabaung dengan meninjau langsung ke keramba penangkaran kepiting bakau tersebut, Sabtu (31/07/2021). Turut didampingi oleh Kepala Sekretariat BMK Simeulue Basrun Amin dan pengurus BMG Layabaung.

“Dari panen perdana tersebut memperoleh hasil sebanyak 100 kilogram dengan ukuran kepiting per ekor berkisar antara 800 gram sd 1000 gram. Kepiting bakau tersebut memiliki harga jual mencapai Rp120 ribu/kilo. Dari total penjualan itu BMG Layabaung memperoleh laba kotor sebesar Rp12juta,” kata Rahmad Raden.

Rahmad Raden mengatakan dalam sekali masa penangkaran bisa dipanen 2 hingga 3 kali sesuai target ukuran berat yang dinginkan konsumen. Sedangkan masa tunggu panen perdana 3 bulan sejak bibit dimasukan ke keramba yang ukurannya rata-rata segenggam tangan dewasa.

“Kami berharap usaha yang sudah berjalan ini agar benar-benar dapat  dikelola dengan amanah. Selain itu dapat juga ditingkatkan kualitasnya. Hal tersebut karena yang sedang dikelola ini merupakan dana zakat yang memiliki tujuan akhir pemberdayaan ekonomi mustahik,” kata Rahmad Raden.

Pada kesempatan itu Ketua BMG, Rizky Nofriandi juga menyampaikan usaha penggemukan kepiting bakau memiliki prospek yang sangat bagus. Di mana permintaan kepiting sebagai salah satu menu seafood khas Simeulue ini sangat tinggi, sehingga kapanpun dipanen akan sangat mudah menjualnya.

“Dari hasil panen tersebut BMG Layabaung sudah dapat menyalurkan 50% dari keuntungan kepada 4 mustahik pelaku usaha mikro di gampong tersebut dalam bentuk modal usaha. Sedangkan 50% sisanya dipergunakan kembali untuk modal penggemukan kepiting bakau lainnya,” kata Rizky Nofriandi. 

Ia menambahkan untuk meningkatkan jumlah produksi dan keuntungan masih diperlukan penambahan modal untuk memperbaiki dan menambah kualitas keramba. Selain itu juga untuk menambah jumlah bibit kepiting yang di datangkan dari luar Simeulue.

"Kami berharap sekali BMA dapat memberikan modal tambahan, sehingga dengan jumlah keuntungan yang lebih besar kami bisa membantu usaha kecil lainnya yg ada di Layabaung" pinta Rizky Nofriandi. 

Seperti diketahui Gampong Zakat Produktif (GZP) merupakan salah satu program unggulan BMA untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal masyarakat gampong setempat. Dengan mengusung konsep "one village one product" BMA berharap gampong melalui BMG dapat menciptakan kemandirian dan produktivitas mustahik melalui produk unggulan gampongnya itu.

Program GZP ini juga merupakan program pendampingan berkelanjutan baik bersifat materil dan non materil yang dilakukan minimal selama 3 tahun. Mulai tahun 2021 BMA bersama dengan DPMG dan FEBI UIN Ar Raniry akan melakukan kerjasama untuk melakukan inovasi, pendampingan dan penguatan program Gampong Zakat Produktif tersebut. []