Zakat Antarkan Anak Korban Konflik Dapatkan Pekerjaan Layak

  • Share this:
post-title

Banda Aceh, baitulmal.acehprov.go.id - Muhammad Kausar tampak begitu menikmati aktivitasnya. Wajahnya terlihat ceria walaupun temperatur Kota Banda Aceh akhir-akhir ini hampir menyentuh angka 37 derajat celcius. Namun begitu, sedikit pun tidak melemahkan semangatnya dalam bekerja di sebuah hotel yang baru dibuka Maret 2023 lalu.

“Alhamdulillah, sekarang saya menetap di sini sebagai house keeping,” ujar Kausar saat ditemui di tempat kerjanya di Hotel Fhandika Boutique Inc, Jalan Sultan Iskandar Muda Nomor 6, Lambung, Kecamatan. Meuraxa, Kota Banda Aceh.

Kausar merupakan salah seorang dari 15 eks mahasiswa International Tourism College (ITC) Aceh yang mendapatkan beasiswa pendidikan vokasi dari Baitul Mal Aceh tahun 2021. Sebelum mendapatkan pekerjaan di Hotel Fhandika Boutique Inc, ia sempat bekerja part time di beberapa hotel lain di Banda Aceh. Terakhir on the job training atau magang di Harris Resort Waterfront Batam selama enam bulan.

Anak muda kelahiran tahun 2003 ini berasal dari Gampong Cot Baroh, Mukim Aron, Kecamatan Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie. Sedikit pun tidak terbesit dalam benaknya mendapatkan kontrak kerja resmi dari sebuah perusahaan perhotelan.

Saat masih magang, pihak Harrist Resort Waterfront Batam sempat menawarkan kontrak untuk bekerja di sana. Tawaran itu ditolak halus lantaran ingin berkarier di Banda Aceh serta bisa dekat dengan ibunya. Maklum saja, karena Kausar anak terakhir dan anak laki satu-satunya dari tiga bersaudara dalam keluarganya.

Keluarganya tergolong sederhana. Ayahnya, M Daud Yahya (54) tidak mampu bekerja dengan efektif lagi setelah tangan dan kakinya terkena peluru saat kontak senjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan aparat TNI. Saat itu, ayahnya sedang berkebun di ladang. Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Saat hendak mencari tempat berlindung, naas, beberapa butir timah panas menembus kaki dan tangan  kirinya. Seketika tersungkur ke tanah.

Sempat harus dirawat berhari-hari di Rumah Sakit Kesdam, Kuta Alam, Banda Aceh untuk menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru yang bersarang di tulang. Sempat juga dipasang pin penyangga pada bagian tangan yang terkena tembakan. Walaupun masih diberi keselamatan oleh Allah, konflik Aceh telah merenggut kenyamanan orang tua Kausar dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Kausar sadar betul dengan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, tidak mungkin bisa berharap banyak dari mereka. Penghasilan kedua orang tuanya dari bertani dan berkebun hanya cukup untuk kebutuhan pokok saja. Jangankan untuk bermimpi ke perguruan tinggi, bisa lulus SMA saja sudah bersyukur.

Setiap pulang sekolah, Kausar sering membantu kedua orang tua di sawah dan menjadi buruh bangunan.  Setelah tamat SMP, anak-anak lain melanjutkan ke SMA, sementara Kausar lebih memilih melanjutkan ke SMK Pertanian Saree. Harapannya, setelah lulus nanti lebih cepat mendapatkan pekerjaan. Selain itu juga dapat mengaplikasikan ilmu tersebut di gampong tempat dia tinggal supaya kualitas produksi hasil pertanian lebih baik dari sebelumnya.

Takdir berkata lain, melalui saudaranya ia diberitahukan ada beasiswa dari Baitul Mal Aceh (BMA) bidang perhotelan dan hospitality. Awalnya sempat ragu karena passion-nya tidak di sana. Kemudian, ia berniat ingin mencobanya. Restu dari keluarga pun mengalir kepadanya.

“Sempat tidak percaya bahwa setelah dapat beasiswa akan dicarikan lagi pekerjaan. Eh, ternyata itu terbukti sekarang,” ungkap Mariani, kakak kedua Kausar.

Karena masih pemula di tempat kerjanya dan hotelnya juga masih baru, besaran honor yang diterima Kausar masih Rp2.2 juta per bulan. Meskipun besaran nominal tersebut belum begitu besar, tetapi ia tetap bersyukur sambil menambah jam terbangnya agar pengalamannya meningkat.

Ditanya apa rencana jangka panjangnya, Kausar menjawab bahwa ia berkeinginan tetap eksis di bidang perhotelan dan hospitality. Apalagi, teman-temannya dari provinsi lain yang sama-sama magang di Batam sudah bekerja di perusahan Eropa.

Walaupun Kausar telah menggantungkan harapannya setinggi langit, ia tetap akan ingat bahwa dana zakat telah mengantarkannya sampai sejauh ini. Ia berterima kasih kepada orang kaya yang sudah membayar zakat. Dengan zakat mereka, dirinya sudah mendapatkan keterampilan dan pekerjaan.Semoga Allah akan memudahkannya dalam mewujudkan janji untuk membahagiakan kedua orang tua. Harapannya, kelak penghasilannya sudah dibayar dengan dolar, Kausar akan menjadi the next muzaki dan melahirkan Kausar-Kausar lainnya.

Semua itu tak lepas dari kolaborasi BMA dan ITC Aceh dalam menyukseskan program beasiswa pendidikan vokasi. Para mahasiswa setelah lulus akan dihubungkan dengan dunia kerja. Tentu mereka sudah dilatih terlebih dahulu bahkan dimagangkan di perusahan-perusahaan besar di luar Aceh. Tujuannya agar para peserta didik lebih matang lagi.

Muhammad Nasir selaku Direktur ITC Aceh mengungkapkan, salah satu tantangan terberat dalam pendidikan vokasi hospitality ini adalah mengubah karakter siswa yang notabenenya orang Aceh. Kultur pesisir orang Aceh itu to the poin. Tuturannya sehari-hari sudah terbiasa ceplas-ceplos. Pelan-pelan para siswa dibiasakan dengan keramahtamahan. Kalau di Bandung, sekolah vokasi ini durasinya bisa lebih pendek. Sementara di Aceh harus lebih lama. Soalnya, keramahtamahan sudah menjadi budaya mereka.

”Kalau orang Aceh prosesnya harus double, ubah perilaku dulu kemudian baru bisa diarahkan. Di Bandung, itu dibentak preman saja kita nggak akan takut,” jelas Nasir.

Namun begitu, tidak ada yang tidak mungkin. Asal punya keinginan dan usaha yang tekun, akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Buktinya, Kausar mampu melakukan itu. Kegigihannya dapat mewujudkan cita-citanya dalam meringankan beban ekonomi orang tuanya.[]

Reporter: Hayatullah