Zakat Menghapus Sifat Kikir

  • Share this:
post-title

Oleh: Abdul Rani Usman
Anggota Badan BMA

Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Al-Hasyr: 9).

Penyambutan kaum Anshar (penduduk Madinah) dan kecintaan mereka kepada al-Muhajirin sedemikian besar, sampai-sampai ada di antara mereka yang bersedia membagi hartanya kepada yang berhijrah itu, atau memberi makanan yang disiapkan untuk anak-anaknya demi menjamu al-Muhajirin yang membutuhkan pangan (Shihab, 2006: 117). Pengorbanan penduduk Madinah diawal Islam menunjukkan, bahwa mereka sangat mencintai para Muhajirin guna membangun kota Madinah. Mereka mencintai sesama serta mengorbankan hartanya untuk menyambung silaturrahim antara penduduk kota Mekkah dan Madinah.

Menurut Shihab, ada potensi dari manusia untuk memberikan sesuatu namun hatinya berat. Kata Syuhh dalam surat al-Hasyr ayat 9 bermakna  kekikiran  disertai dengan keinginan yang meluap untuk terus memiliki sesuatu. Syuhh dapat diaktualkan atau tidak. Seseorang dapat berjuang mengalahkan naluri kekikiran dan berhasil mengalahkannya. Sedekah yang paling utama menurut Nabi saw  adalah sedekah yang dikeluarkan saat seseorang merasakan sifat syuhh dalam hatinya, serta mengkhawatirkan adanya kebutuhan dan dalam saat yang sama mendambakan kecukupan (Shihab, 2006: 118).

Makhluk Allah yang sangat sempurna adalah manusia. Allah memberikan sifat rela berkorban pada diri manusia seraya menyedekahkan sedikit hartanya untuk meringankan beban sesama manusia. Karena adanya potensi manusia bersifat kikir, maka Allah menganjurkan untuk menghilangkan sifat kikir itu dengan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Zakat dapat membersihkan dan menyucikan mereka (QS At-taubah: 103). Zakat dapat menghubungkan silaturahmi antara muzakki dengan mustahik. Muzakki berusaha membersihkan dan menyucikan harta dan jiwa dengan menunaikan zakat. Hubungan antar muzakki dan mustahik yang dijembatani dengan zakat membuat dua hati bersih dan suci.

Muzakki menghilangkan sifat kekikirannya melalui harta yang diberikan kepada kaum dhuafa. Zakat menjadi tali silaturahmi antara muzakki-mustahik. Anugerah bagi muzakki karena telah membahagiakan mustahik dengan zakatnya. Zakat yang diterima mustahik menjadi rahmat bagi muzakki karena ia dapat membersihkan dan menyucikan jiwa dan hartanya. Sedangkan bagi mustahik zakat yang diterimanya menjadi rahmat dan dapat menghilangkan kecemburuan sosial bagi mustahik dan masyarakat lainnya. Zakat, selain membersihkan dan menyucikan jiwa dan harta muzakki, sekaligus dapat membersihkan sifat kedengkian dari para mustahik.

Manusia sebagai khalifah dapat memakmurkan bumi dengan harta yang dimilikinya dan mengeluarkan sebagian kecil hartanya guna meringankan beban ekonomi kaum yang membutuhkan. Menghilangkan sifat kikir menjadi sangat sulit karena manusia dikejar untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Menghilangkan ketergantungan manusia kepada harta benda salah satunya adalah dengan menunaikan zakat. Manusia dapat membahagiakan dirinya dengan menghilangkan rasa kikir yaitu dengan menunaikan zakat, sedekah, dan berinfak.

Rasulullah dalam khutbahnya menyatakan, “Takutlah kamu sekalian pada sifat kikir. Sesungguhnya rusaknya umat sebelum kamu karena sifat kikir ini. Mereka diperintahkan kikir, lalu mereka pun kikir. Mereka diperintahkan memutuskan hubungan persaudaraan, lalu mereka pun memutuskan tali persaudaraan. Mereka diperintahkan berbuat aniaya, lalu mereka berbuat aniaya (Hadis riwayat Abu Daud dan Nasa’i, Qardawi: 2007:850). Sabda Nabi terkait dengan menghilangkan sifat kikir menjadi wajib diikuti oleh umatnya. Menunaikan zakat dapat menghilangkan ketundukan manusia kepada mengejar harta yang tiada batas. Maknanya manusia dapat mencari harta sebanyak-banyaknya akan tetapi di dalam hartanya itu ada hak orang lain yang harus dipenuhi.

Terkait dengan kebaikan melalui infak disebutkan dalam surat Ali Imran sebagai berikut: yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan (QS Ali Imran: 134). Orang yang berbuat kebaikan terutama dengan menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun waktu sempit menjadi sangat dicintai Allah. 

Terkait dengan berbuat baik melalui sedekah dapat dilihat dari hadis berikut ini: diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling besar pahalanya?’ Nabi menjawab, “Engkau bersedekah ketika engkau sehat dan (merasa) kikir lagi takut miskin dan mengharapkan kekayaan, dan engkau tidak menundanya sampai apabila ruh telah sampai ke kerongkongan, engkau berkata, untuk si fulan begini, dan  untuk si fulan begini, dan itu menjadi miliki si fulan.” (HR Bukhari). 

Rasulullah menganjurkan kepada umat Islam untuk bersedekah di waktu sehat dan ketika sedang merasa kikir dan takut miskin. Artinya, bersedekah itu tidak mengenal waktu dan tidak boleh menunda sampai menjelang ajalnya datang. Syuhh pada surat Al-Hasyr ayat 9 dimaknai sebagai potensi kekikiran. Artinya, syuhh dapat dihilangkan dengan berinfak dan bersedekah. 

Karena itu, umat Islam dianjurkan memperhatikan kaum dhuafa di mana saja dan kapan saja. Menurut ulama Hanafi, zakat yang ditunaikan harus disegerakan karena itu kewajiban agama dan tidak boleh mengakhirkan (Qardawi, 2007: 811). Sedangkan sabda Nabi bersedekah itu lebih baik di waktu merasa kikir dan takut miskin. Berinfak dan bersedekah merupakan kewajiban bagi muslim yang memiliki kecukupan harta. 

Zakat diwajibkan dengan ketentuan dan syarat seperti adanya haul dan nishab. Sedangkan berinfak dianjurkan kapan saja baik di waktu senang ataupun saat kita merasa takut miskin. Inilah salah satu amalan kebaikan untuk menolong orang yang membutuhkan. Semoga kita dapat menghilangkan kekikiran dengan zakat,  infak, sedekah, dan wakaf. Wallahua’lam.

Editor: Sayed M. Husen